Langsung ke konten utama

[Review] Lensa Fujian 25mm f1.8, Murah dan Ringan untuk Traveling.



Traveling dan fotografi bagaikan Romeo dan Juliet. Bagaikan Rama dan Shinta. Bagai Song Jong Ki dan Song Hye Kyo. Tak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan. Jalan-jalan tanpa motret ya hampa. Gak ada bukti kalo kita sudah pernah berkunjung ke suatu tempat.

Dulu saya adalah pengguna Canon DSLR. Kemana-mana selalu bawa 60D dan lensa all around 18-135mm supaya bisa motret landscape sekaligus nyetrit candid. Tapi lama-lama pegel juga, jadi saya coba buat 'murtad' ke mirrorless Fujifilm.

Nah, karena tujuannya pindah ke mirrorless adalah supaya enggak pegel, jadi saya gak mungkin pakai lensa 18-135mm nya Fujifilm yang ukurannya tetep lumayan besar dan harganya jauh diatas 18-135mm nya Canon. Jadi saya memilih lensa fix.

FUJIAN 25mm f1,8
Lensa fix yang saya coba ini murah meriah hore. Namanya lensa Fujian 25mm f1,8. Harganya? Cuma 400ribuan. Silakan cari sendiri ya di toko online banyak banget yang jual kok. Kenapa murah? Karena lensa ini adalah lensa manual. Artinya, pengaturan fokus dan aperture dilakukan secara manual melalui bodi lensa. Untuk mengincar kepraktisan, pengaturan ISO dan Shutter Speed saya setel Auto melalui bodi kamera. Oh iya, lensa ini khusus mirrorless ya, tidak bisa buat DSLR.

Kecil dan ringan
BODI
Meskipun harganya terjangkau, ternyata lensa ini tidak terlihat murahan. Bodinya terbuat dari bahan metal. Mountingnya juga terbuat dari metal dengan mounting ulir C-mount. Kalo pembelian online biasanya disertakan juga dengan adapternya sesuai tipe kamera yang kita gunakan. Di paket pembelian yang saya dapatkan juga ada 1 buah converter untuk foto macro. Ring fokus berada di bagian paling depan lensa dengan grid untuk memudahkan pengaturan fokusnya.

Ring aperture berada di bagian belakang dengan mekanisme putar tanpa indikator 'klik' yang biasanya ada pada lensa lebih mahal. Kekurangannya, kadang aperture yang sudah kita pilih suka kesenggol jadi pindah posisi ke aperture lain karen tidak nge'klik' itu tadi. Kelebihannya, untuk perekaman video jadi bisa mainin fokus manual dengan lebih leluasa karena perpindahan aperturenya jadi terasa lebih smopth.

Bobot lensa yang ringan dan ukurannya yang kecil jadi salah satu kelebihan utama lensa ini, terutama karena akan digunakan untuk traveling. Dengan berat ringan namun berbahan metal, tentunya lebih enak buat diseselin ke backpack kita yang udah penuh.

KINERJA
Dengan focal length 25mm dan digunakan pada mirrorless Fujifilm yang memiliki sensor berukuran APS-C, makan focal lengthnya menjadi setara 37.5mm. Untuk focal length segini ternyata lumayan enak digunakan untuk motret saat jalan-jalan.

Tidak seperti saudaranya lensa Fujian 35mm (yang kalo saya baca reviewnya di internet) bokehnya swirly, lensa ini bokehnya lebih ke bokeh normal seperti lensa fix lain pada umumnya. Dengan bukaan maksimal di f1,8 maka lensa ini cukup bisa diandalkan untuk low light photography. Jadi baik siang maupun malam masih bisa motret dengan nyaman.

Ketajaman gambar cukup merata terutama pada f4 ke atas. Pada f1,8 bagian tepinya agak soft. Wajar sih karena lensa yang jauh lebih mahal juga banyak yang karakternya mirip seperti ini. Untuk harga yang ditawarkan, ketajaman lensa ini terbilang memuaskan.

Low light performance
Bokeh sample
Bukan emak saya


KESIMPULAN
Lensa ini cocok:
Buat para traveler yang memakai mirrorless dan masih menggunakan lensa kit bawaan pembeliannya,  dan tidak mau menghabiskan dana terlalu banyak untuk membeli lensa, saya cukup merekomendasikan lensa Fujian ini. Bukaan yang jauh lebih besar dibandingkan lensa fix (yang biasanya mentok fi f3,5) memudahkan kita saat traveling di malam hari. Ukuran yang kecil juga bikin kamera kita makin enak dibawa, enggak kuatir lensanya kepentok karena ukurannya yang panjang. So, dengan 400ribuan, lensa ini boleh banget buat menemani lens kit saat traveling.

Lensa ini tidak cocok:
Buat traveler yang lebih mementingkan kualitas optik lensa. Karena meskipun hasilnya terbilang tajam, tentu tidak bisa dibandingkan dengan Fujinon 35mm f1,4 yang harganya bisa 20x lipatnya. Untuk yang malas direpotkan dengan pengaturan manual juga lebih baik tetap pertahankan lensa kit dan menabung untuk mendapatkan lensa fix dengan autofokus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Naik Bus dari Bangkok ke Pak Chong (Khao Yai National Park) - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 5

Sekitar jam 23:00 kami mendarat di Bangkok. Airport bus jam segitu udah gak ada, jadi kami terpaksa naik Grab Car meskipun lebih mahal. Meskipun udah tengah malam, kami memutuskan buat nginep di hostel di dekat Mo Chit bus terminal karen besok pagi kami mau langsung cabut naik bus menuju ke kota Pak Chong. Pak Chong ini adalah kota kecil sekitar 3 jam dari Bangkok, mirip kayak Puncak kalo di Jakarta. Ada apa saja di Pak Chong? Destinasi utamanya sih Khao Yai National Park, taman nasional yang guede dan luas banget. Ada air terjun, satwa liar, danau, gajah, rusa, monyet, dan lain-lain. Selain itu di Pak Chong juga banyak tempat wisata yang mirip-mirip di Puncak gitu. Ada resort bertema Eropa, kafe-kafe gaul, dan cem macem lainnya. Kami nyampe hostel di Bangkok sekitar jam setengah 1 malam. Langsung check ini (USD7/orang), bersih-bersih, lalu karena kelaparan saya pun langsung melipir beli rice box (THB35) di sevel seberang hostel. Setelahnya langsung istirahat, tidur yang cu

Mencoba Onsen, Pemandian Air Panas di Jepang - Mandi Bareng Rame-rame

Onsen, atau pemandian air panas, adalah salah satu budaya masyarakat Jepang. Mereka sepertinya hobi banget berendam air panas di onsen ini. Dan uniknya, tidak seperti masyarakat kita yang berendam di pemandian air panas menggunakan pakaian renang, masyarakat Jepang berendam air panas tanpa menggunakan apa-apa. Polos. Rame-rame bareng orang lain yang kenal maupun yang gak kenal. Absurd pokoknya. Saat backpackeran ke Jepang tahun lalu, saya berkesempatan mencoba pengalaman unik dan nyeremin ini. Kenapa nyeremin? Karena pemandian cowok dan cewek dipisah, jadi saya musti bugi bareng pria pria lainnya. Ohmaigod.... Ceritanya, saya booking penginapan di salah satu hotel kapsul di Tokyo. Namanya Asakusa Riverside Capsule. Lokasinya sih bagus, strategis banget. Tepat di samping sungai dan dekat pintu keluar stasiun Asakusa. Dari awal booking sih saya udah tau kalo hotel kapsul kamar mandinya sharing, tapi saya gak nyangka ternyata sharingnya model onsen Jepang mandi bebarengan begini.

Cara Menuju Sokcho dari Seoul

Annyeonghaseyo. Seoul yang merupakan ibukota negara Korea Selatan adalah kota tujuan utama traveler dari Indonesia. Tapi sebenarnya ada 1 kota kecil nan indah yang lokasinya tidak jauh dari Seoul. Berada di kaki pegunungan Seoraksan yang sangat indah serta memiliki pantai yang cantik, kita bisa menghabiskan waktu di laut dan gunung sekaligus pada hari yang sama. Kota itu bernama Sokcho. Seoraksan National Park How? Kalo dari Seoul, cara termudah menuju Sokcho adalah naik bus. Kita bisa langsung beli tiket bus menuju Sokcho di Dong Seoul Bus Terminal. Dari bandara Incheon, jika naik Seoul Metro (MRTnya Seoul) kita tinggal menuju ke Gangbyeon Station. Nah, Dong Seoul Bus Terminal ini lokasinya tepat di seberang station ini. Bangunannya gede, gak kayak terminal bus di Indonesia, jadi pas pertama kali kesana saya sempet nyasar juga. Tapi saya kasi liat fotonya disini biar lebih jelas yang mana bangunannya. Dong Seoul Bus Terminal Masuk ke gedung terminalnya, kita langsung ke