Perjalanan menuju Negeri Matahari Terbit diawali dengan kejadian seru. Kereta api yang ditumpangi salah satu teman kami dari Semarang mengalami delay selama lebih dari 1,5 jam dari jadwal kedatangan yang dijadwalkan. Kereta tersebut baru sampai di stasiun Senen pada pukul 5.20 WIB sementara Boarding Gate pesawat kami di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta akan ditutup pada pukul 6.05 WIB. Jadilah kami hanya punya waktu maksimal 40 menit untuk keluar dari parkiran Stasiun Senen-menembus sedikit kemacetan di depan stasiun-ngebut di jalan tol-lalu lari-lari dari pintu keberangkatan Terminal 3 menuju gerbang imigrasi bandara. Kami sukses sampai di konter imigrasi pada pukul 05.55 setelah sopir uber taxi kami ngebut dengan brilian sepanjang Tol. Untungnya kami sudah melakukan self check-in melalui website AirAsia, sehingga kami hanya tinggal menunjukkan bukti print boarding pass kami pada petugas setelah melewati imigrasi. Tepat pada pukul 6.25 WIB, pesawat kami berangkat menuju Kuala Lumpur.
Perjalanan dari Jakarta menuju Kuala Lumpur ditempuh selama 2 jam kurang sedikit. Waktu di Kuala Lumpur lebih cepat 1 jam dibandingkan Jakarta, sehingga saat kami tiba disana, waktu sudah menunjukkan pukul 9.30 waktu setempat. Saat ini semua pesawat dari maskapai AirAsia sudah tidak mendarat di Low Cost Carrier Terminal lagi seperti halnya tahun lalu. Kini AirAsia mendarat di terminal KLIA 2, singakatan dari Kuala Lumpur International Airport 2. Terminal ini jauh lebih luas dan megah dibandingkan LCCT. Tapi disini juga ada kelemahannya. Nanti kami jelaskan. Seturunnya kami dari pesawat, kami harus melewati konter FlyThru AirAsia terlebih dulu untuk mendapatkan boarding pass lanjutan untuk penerbangan kami berikutnya dari Kuala Lumpur ke Haneda, Tokyo. Setelah mendapatkan boarding pass tersebut, kami masih harus menunggu lagi sampai jam 14.00 waktu setempat untuk penerbangan kami berikutnya. Berhubung dari pagi kami belum sarapan, kami memutuskan untuk cari makan terlebih dahulu di lantai 2 terminal ini. Pilihan makanannya cukup banyak bila dibandingkan LCCT. Ada McDonalds, Burger King, Popeyes, Chinese Food, Indian Food, dan sebagainya. WiFi gratis di terminal ini juga cukup kencang. Untuk mendapatkan akses internet tersebut kita diharuskan untuk register terlebih dahulu, dan akses gratis yang ditawarkan hanya maksimal selama 3 jam saja. Tapi anehnya setelah lebih dari 3 jam, ponsel saya masih bisa terhubung ke internet. Entahlah.
Pujasera di KLIA2 |
Saya memutuskan membeli paket breakfast di McDonalds karena itu yang paling murah jika dibandingkan dengan yang lain. Harganya waktu itu MYR 10,5. Hampir sama lah jika dibandingkan dengan harga McDonalds di Indonesia. Nah, kekurangan terminal KLIA 2 ini adalah, saya tidak menemukan tempat refill air minum gratis seperti yang dulu pernah saya temukan di LCCT. Jadilah saya harus merasa tercukupi dengan kopi dari McDonalds saja.
Setelah makan, kami mencari tempat duduk yang dekat dengan colokan untuk mengisi uang energi ponsel dan powerbank kami. Kami menemukannya di lantai 2, dekat dengan toilet sebelah kiri persis di sebelah LED Info Penerbangan. Kursinya ada cukup banyak dan lantainya dilapisi karpet sehingga nyaman untuk duduk lesehan di bawah. Nah, setelah saya coba mampir ke toiletnya, terlihat satu lagi kekurangan terminal ini jika dibandingkan LCCT. Disini saya tidak menemukan bilik shower untuk mandi, yang mana dulu dapat saya temukan di LCCT. Jadi untuk para backpacker ngirit yang lagi transit disini, mohon maaf kalian tidak dapat mandi disini, kecuali di Sama-Sama Express Hotel Lantai 2 yang menyediakan fasilitas Shower Room berbayar. Sepertinya terminal megah ini kurang ramah backpacker ya. Tapi kalo buat tidur sepertinya masih nyaman karena ada karpet empuk.
Setelah menghabiskan waktu menunggu hampir setengah hari, akhirnya jadwal keberangkatan pesawat kami berikutnya datang juga. Dengan semangat 45 kami berjalan menuju gate keberangkatan.
Pesawat Airbus yang kami tumpangi memiliki formasi kursi 3-3-3. Saya dan Lita kebagian kursi di bagian tengah, sehingga sialnya kami tidak dapat menyaksikan prosesi pesawat saat mengudara dan landing melalui jendela pesawat. Tak apalah, toh perjalanan ini akan lebih banyak dihabiskan dengan tidur.
Interior pesawatnya |
Setelah menempuh sekitar 2 jam perjalanan, kru pramugari dan pramugara mulai berkeliling menjajakan dagangannya. Kami sudah pesan menu makanan melalui prebook menu di website AirAsia sehingga kami tinggal menunggu menu makanan kami datang. Melalui websitenya dinyatakan bahwa jika memesan menu makanan sebelumnya melalui website, maka penyajiannya akan didahulukan dan harganya lebih murah. Memang sih kami didahulukan, tapi kok menurut kami harganya sama saja dengan harga di buku menu pesawat ya? Malah yang di buku menu pilihan makanannya lebih banyak dan kayaknya enak-enak. Harga makanan yang kami pesan (Nasi Hainan) adalah seharga IDR 59.000. Rasanya standar sih, namun karena lapar setelah terdampar di bandara sih ya jadinya terasa enak-enak saja. Dapet minum juga sebotol air mineral bukan akua. Selepas makan, kami membunuh waktu dengan tidur. Tidurnya gak nyenyak. Sebentar-sebentar kebangun dan anehnya kok gak nyampe-nyampe ya. Lama banget rasanya perjalanan kali ini. Gak kebayang kalo naik pesawat ke USA rasanya kayak apa ya. Namun seperti yang akhirnya pasti akan terjadi, pilot akhirnya mengumumkan melalui spaker pesawat dengan suara kresek-kresek bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat.
And finally, Tokyo, here we come!
Pesawat kami landing dengan mulus. Skip skip turun dari pesawat, kami memasuki bangunan Haneda International Airport dengan perasaan campur aduk. Kamera jeprat-jepret sana-sini. Saat melewati toilet, kami gak dapat menahan rasa penasaran kami untuk mengintip sebentar ke dalam toilet. Dan ternyata benar, di toilet Jepang terlihat canggih dengan banyak tombol-tombol di samping kloset dengan fungsi yang bermacam-macam. Nanti akan saya review setelah saya mencobanya hehe.
Seusai mengagumi toilet, kami lanjut jalan ke counter imigrasi. Antriannya sangat teratur dengan beberapa petugas yang mengatur antrian. Jika ada antrian yang sepi akan didahulukan untuk diisi oleh orang berikutnya. Kami melewati proses imigrasi dengan lancar tanpa masalah apapun. Dan akhirnya, setelah di paspor kami telah menempel secarik kertas tanda masuk ke Jepang dari petugas imigrasi, akhirnya kami telah resmi berada di Jepang!
Kami kembali berjalan kaki menuju pintu ke hall kedatangan. Disana sudah banyak sekali penjemput yang membawa beraneka macam papan sambutan untuk tamunya. Kami melewati mereka lalu mengambil beberapa brosur--dan terutama peta-- tentang Tokyo untuk membantu perjalanan kami hari esok. Dari pintu keluar di sebelah kanan ada counter untuk Tourist Information. Berbagai macam petunjuk dan selebaran mengenai Jepang ada disana dengan bermacam bahasa seperti Inggris, Korea, Mandarin. Bahasa Indonesia belum ada ya, jangan ngarep dulu. Nah, rencana kami berikutnya adalah: mencari tempat tidur. Kami memutuskan untuk bermalam di Haneda demi menghemat ongkos penginapan. Dari pintu keluar tadi ada eskalator menuju ke atas ke lantai Keberangkatan. Nah di lantai tersebut banyak kursi panjang yang bisa dialihfungsikan menjadi tempat tidur sementara. Fasilitasnya juga komplit. Ada area charging, ada Seven-Eleven, ada toilet canggih, tempai isi ulang air minum, dan ada juga vending machine yang menjual beraneka minuman segar dan panas. Kami menemukan kursi yang kosong di dekat Seven-Eleven. Sebelumnya kami beli mie cup dulu untuk mengisi perut sebelum tidur. Harganya JPY 170. Cukup murah dan porsinya banyak. Penjualnya sangat membantu kami saat kami kebingungan memasak mie cup tersebut. Selesai makan, jangan lupa buang sampah di tempat sampah yang benar ya. Karena tempat sampah di Jepang dibagi menurut jenis sampahnya. tapi jangan bingung karena di tiap tempat sampah ada keterangannya. Nah, setelah kenyang, akhirnya kita pun bersiap untuk tidur di kursi masing-masing. Sebelum tidur, mendadak perut saya mules jadi saya nyari toilet dulu buat nyetor. Saya nemu toilet di pojokan dekat jalan masuk menuju stasiun kereta. Toiletnya tentu saja canggih. Begitu duduk, pantat saya langsung terasa hangat karena toilet ini dudukannya ada penghangatnya biar pas winter enggak kepanasan. Ceboknya otomatis dengan pengaturan kecepatan semprotan airnya, lalu setelah cebok ada tombol pengeringnya juga. Jadi pantat kita akan ditiup oleh angin hangat agar cepet kering. Mantap deh toiletnya. Nah setelah lega barulah saya balik ke kursi tadi untuk tidur.
Oyasuminasai!
Pengeluaran hari pertama:
-Tiket pesawat Airasia CGK-KUL-HAN pp : IDR 3.100.000
-Makan siang di KLIA2 - sekitar IDR 40.000
-Makan malam di pesawat - IDR 59.000
-Total : IDR 3.199.000
Hari ke2 klik disini
Cara membuat visa waiver ke Jepang gratis klik disini
Komentar
Posting Komentar