Langsung ke konten utama

Japan Trip Day 6 : Kyoto, Nishiki Market - Fushimi Inari - Kiyomizudera

Day 6 : Nishiki Market - Fushimi Inari - Kiyomizudera

Klik disini untuk nonton travel vlognya :)

Hari ini kami bangun agak siang demi memulihkan energi. Bebersih dulu mumpung showernya enak banget buat mandi, lalu lanjut sarapan gratis yang udah tersedia di communal room. Sarapannya cukup mewah untuk sekelah hostel. Seperti biasa ada roti tawar dengan pilihan selai untuk toppingnya dan toaster buat manggang rotinya, lalu ada juga beberapa kue seperti croissant dan apa lagi yang saya enggak tau namanya. Minumannya masih sama ada kopi dan teh. Kami mengisi perut dulu disini sampai kenyang sambil nongkrong-nongkrong. Salah satu kekurangan hostel ini adalah suasana kekeluargaan antar penghuninya yang kurang. Saya pernah menginap di sebuah hostel di Seoul dan disana sesama penghuninya saling kenal dan akrab seperti teman lama. Nah, suasana seperti itu tidak saya rasakan disini, mungkin karena hostelnya mewah jadi kesan individualisnya lebih terasa. Saat sarapan juga penghuninya makan berkelompok sendiri-sendiri dan tidak ada yang mencoba mengobrol dengan traveler lain. Tapi karena kami juga cuma semalam disini, jadi ya gak terlalu kenapa-kenapa juga sih.

Selepas makan, kami lanjut mengambil barang-barang kami untuk dititipkan di resepsionis. Jadi selama berkeliling Kyoto hari ini, semua bawaan akan kami titipkan di resepsionis hostel, kecuali tas kecil buat nyimpen barang-barang berharga. Daripada nitip tas di locker, nitip tas disini lebih ngirit karena gratis. Kami juga membeli tiket bus Kyoto untuk 1 day pass seharga 500 yen per orang. Dengan tiket ini kita bebas naik bus di Kyoto seharian penuh.

6.1 Nishiki Market
Rencana pertama, hari ini kami akan mengunjungi Fushimi Inari yang terkenal dengan tori-tori merahnya. Dari Hostel kami menuju ke arah kanan, mengikuti jalan setapak untuk menuju halte bus yang akan membawa kami ke Kyoto Station untuk selanjutnya berpindah ke bus yang menuju Fushimi Inari. Saat berlalan menuju halte, ternyata kami melewati Nishiki Market. Ini adalah pasar tradisional terbesar di Kyoto. Nishiki Market menjual berbagai macam makanan dan barang-barang menarik. Macam-macam street food Jepang bisa ditemukan disini seperti takoyaki, lalu seafood mentah mentah yang dipajang di pinggir jalan, dan sebagainya. Banyak juga toko yang menjual makanan ringan ala Jepang yang bisa dijadikan oleh-oleh. Harganya terbilang standar, tidak terlalu mahal. Saran saya sih kalo mau hunting oleh-oleh di Kyoto bisa coba beli disini aja karena pasarnya terbilang besar dan komplit.



Keluar dari Nishiki Market, kami sampai ke sebuah jalan besar dengan deretan pertokoan di sampingnya. Kami lalu menyeberang jalan untuk menuju halte yang ada disana. Tidak menunggu lama, bus menuju Kyoto Station sudah datang. Kami masuk dan menunjukkan kartu Kyoto bus pass tadi dan langsung dipersilakan masuk oleh si pak sopir. Kyoto Station tidak jauh dari halte itu. Sekitar 10-15 menit kami sudah sampai kesana. Di samping Kyoto Station ada Kyoto Tower yang menjulang gagah. Nah, dari sini kami kebingungan untuk mencari bus mana yang menuju ke Fushimi Inari, karena papan petunjuknya banyak yang menggunakan hurup Jepang. Lalu kami bertanya ke seorang penduduk lokal yang tidak bisa bahasa Inggris. Tapi karena kami menyebutkan nama “Fushimi Inari” dia pun ngerti tujuan kami lalu menunjukkan platform tempat bus kami akan datang. Ternyata bus ke Fushimi Inari jadwalnya masih lama, sekitar 40 menit lagi baru datang. Ya sudah kami menunggu di platform itu sambil ngemil cemilan yang tadi dibeli di Nishiki Market.

6.2 Fushimi Inari

Akhirnya bus pun datang. Perjalanan menuju Fushimi Inari ditempuh sekitar setengah jam. Dari arah halte kami turun, kami langsung melihat rombongan turis dan penduduk lokal yang sudah jelas akan berkunjung juga ke Fushimi Inari. Kami tinggal mengikuti arah mereka berjalan sampailah kami ke Fushimi Inari. Di bagian depannya ada banyak stand penjual makanan Jepang. Harga makanan disini cukup mahal, rata-rata 400-500 yen, tapi kami mencoba membeli gyoza dan yakisoba. Gyozanya enak, tapi yakisobanya masih kalah jauh dari enaknya indomie.






Masuk ke area pelataran Fushimi Inari, kami disambut oleh gerbang merah raksasa disusul dengan kuil tradisional berukuran besar di baliknya. Kuil ini sepertinya dikhususkan untuk memuja dewa sejenis rubah karena banyak patung rubah disini. Ada legenda juga mengenai beberapa turis yang bertemu dengan siluman rubah saat datang kesini pada malam hari. Untung saja kami kesininya siang. Setelah foto-foto narsis di situ, kami lanjut masuk ke area selanjutnya yang berisi deretan ratusan tori merah yang terkenal itu. Tempat ini sangat bagus buat foto-foto. Kalo bawa duit lebih sih lebih baik sewa Yukata atau Kimono biar fotonya lebih otentik. Jalan setapak diantara gerbang tori ini sangat panjang dan menanjak. Karena waktu kami tidak banyak, sesampainya di tengah jalan kami memutuskan untuk balik saja daripada kehabisan waktu disini. Tujuan kami selanjutnya adalah ke Kiyomizudera.

6.3 Kiyomizudera
Kiyomizudera adalah sebuah kuil tradisional Jepang yang unik karena seluruh bangunannya terbuat dari kayu dan dalam proses pembuatannya sama sekali tidak menggunakan paku untuk menyambung semua konstruksinya. Namun bangunannya masih tetap berdiri kokoh hingga saat ini. Untuk menuju kesana, dari Fushimi Inari menuju Kiyomizudera bisa ditempuh melalui 2 cara. Yang pertama menggunakan bus melalui jalur yang tadi kembali ke Kyoto Station lalu berganti bus menuju Kiyomizudera. Cara kedua lebih gampang yaitu menggunakan kereta melalui stasiun yang ada di depan Fushimi Inari menuju Kiyomizugojo station. Meskipun cukup sekali naik kereta, namun harus mengeluarkan biaya lagi plus setelahnya harus berjalan kaki cukup jauh dari stasiun Kiyomizugojo menuju ke Kiyomizudera. Awalnya kami mencoba menggunakan bus, namun karena busnya enggak dateng-dateng, kami beralih naik kereta. Perjalanannya cukup singkat, dalam sekejap keretanya datang dan dalam sekejap pula nyampe ke stasiunnya Kiyomizudera. Nah, dari stasiun ini perjalanannya jalan kaki menuju Kiyomizudera harus ditempuh cukup jauh. Sekitar setengah jam jalan kaki cukup capek juga. Abang lelah dek.

Di Kiyomizudera ternyata rame banget. Kebanyakan malah wisatawan lokal. Di bagian depan Kiyomizudera ada beberapa bangunan tradisional yang berfungsi sebagai gerbang masuk menuju bangunan utama Kiyomizudera. Untuk dapat mengunjungi bangunan utama Kiyomizudera kita diharuskan membeli tiket masuk seharga 300 yen per orang. Cukup mahal juga sih. Setelah membeli tiket kami mengikuti arus manusia yang naik ke bagian atas area kuil. Di bagian dalamnya ternyata semakin ramai. Padahal saat itu bukan hari libur, tapi banyak sekali orang Jepang yang berkunjung ke situ.



Di bagian dalamnya seperti biasanya ada altar tempat berdoa dan macam-macamnya. Untuk berfoto ala turis dengan background Kiyomizudera, kita harus keluar dari kuilnya untuk naik lagi ke bagian atas. Waktu itu disana masih ada bangunan yang direnovasi. Seharusnya saat ini sudah jadi. Sepertinya akan dijadikan bangunan untuk turis karena arsitekturnya modern. Nah dari depan bangunan ini kita bisa melihat view kota Kyoto sambil berfoto dengan latar Kiyomizudera. Akan tetapi disini juga rame banget. Untuk dapat posisi yang enak untuk berfoto kami harus rebutan dengan ratusan pengunjung yang lain.






Tidak banyak yang bisa dilihat disini selain kuilnya. Jadi setelah itu kami pun turun dan keluar lagi ke depan. Di bagian depan pintu masuk ada deretan pertokoan yang menarik. Banyak yang jual pernak pernik khas Kyoto di sini. Harganya standar ala tempat wisata jadi emang engga terlalu murah. Tapi yah beberapa masih ada yang terjangkau sih. Kami melihat-lihat di pertokoan ini sampai hari mulai gelap. Setelah itu kami lanjut ke halte bus di ujung jalan untuk balik lagi ke halte dekat hostel tadi pagi. Naik bus gratis karena kami masih punya kartu freepassnya. Sampai di halte tujuan, kami balik lagi ke hostel melewati jalan yang sama seperti waktu kita berangkat yaitu melewati Nishiki Market. Masih ada beberapa toko dan restoran yang buka disini. Tapi kami memutuskan untuk makan di warung ramen yang ada di samping hostel. Warung ramen ini cukup kecil dan sepi tapi interiornya Jepang banget. Rasa makanannya juga enak. Saya pesan ramen dengan daging pork. Sedikit kalah enak dibanding ramen yang pertama kali kami makan di Akihabara sih. Dan sedikit lebih mahal. Tapi tetap enak.



Selesai makan kami balik ke hostel untuk ambil tas yang kami titipkan. Kami masih diijinkan untuk beristirahat di ruang santai hostel sambil masak mie instan dan bikin kopi. Bahkan kami pun masih boleh pinjam handuk di resepsionis jadi kami masih bisa numpang mandi terlebih dulu. Very recommended pokoknya pelayanan hostel ini. Sayang harganya juga enggak murah. Setelah mandi dan istirahat, sekitar pukul 10 kami memutuskan untuk berangkat ke Kyoto Station. Bus yang kami pesan menuju Tokyo akan berangkat tepat dari seberang Kyoto Station. Jadi kami kembali naik kereta dari stasiun Karasuma Oike menuju ke Kyoto Station. Bayar tiketnya sebesar 210 yen. Ternyata keretanya sampai ke Kyoto Station dengan cukup cepat. Jadi kami sampai ke tempat pemberangkatan busnya kecepetan. Kami terpaksa menunggu busnya datang jam 12 malam di pinggir jalan karena kalo dari Kyoto tidak ada ruang tunggunya, jadi kami terpaksa duduk di trotoar sambil kedinginan karena cuaca malam itu cukup dingin.

Akhirnya bus datang sedikit terlambat sekitar 10 menit. Kami masuk ke bus, dapat tempat duduk di lantai atas lagi. Hari ini sungguh melelahkan jadi begitu bus berangkat kami langsung ketiduran.

Pengeluaran hari ke-6:
-Tiket bus 1 day pass : JPY 500
-Beli makan di Fushimi Inari : JPY 500
-Tiket kereta Fushimi Inari ke Kiyomizudera : JPY 210
-Tiket Masuk Kiyomizudera : JPY 300
-Makan malam : JPY 500
-Tiket kereta Karasuma-oike ke Kyoto Station : JPY 210

Total : JPY 2220

Hari ke7 klik disini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Naik Bus dari Bangkok ke Pak Chong (Khao Yai National Park) - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 5

Sekitar jam 23:00 kami mendarat di Bangkok. Airport bus jam segitu udah gak ada, jadi kami terpaksa naik Grab Car meskipun lebih mahal. Meskipun udah tengah malam, kami memutuskan buat nginep di hostel di dekat Mo Chit bus terminal karen besok pagi kami mau langsung cabut naik bus menuju ke kota Pak Chong. Pak Chong ini adalah kota kecil sekitar 3 jam dari Bangkok, mirip kayak Puncak kalo di Jakarta. Ada apa saja di Pak Chong? Destinasi utamanya sih Khao Yai National Park, taman nasional yang guede dan luas banget. Ada air terjun, satwa liar, danau, gajah, rusa, monyet, dan lain-lain. Selain itu di Pak Chong juga banyak tempat wisata yang mirip-mirip di Puncak gitu. Ada resort bertema Eropa, kafe-kafe gaul, dan cem macem lainnya. Kami nyampe hostel di Bangkok sekitar jam setengah 1 malam. Langsung check ini (USD7/orang), bersih-bersih, lalu karena kelaparan saya pun langsung melipir beli rice box (THB35) di sevel seberang hostel. Setelahnya langsung istirahat, tidur yang cu

Mencoba Onsen, Pemandian Air Panas di Jepang - Mandi Bareng Rame-rame

Onsen, atau pemandian air panas, adalah salah satu budaya masyarakat Jepang. Mereka sepertinya hobi banget berendam air panas di onsen ini. Dan uniknya, tidak seperti masyarakat kita yang berendam di pemandian air panas menggunakan pakaian renang, masyarakat Jepang berendam air panas tanpa menggunakan apa-apa. Polos. Rame-rame bareng orang lain yang kenal maupun yang gak kenal. Absurd pokoknya. Saat backpackeran ke Jepang tahun lalu, saya berkesempatan mencoba pengalaman unik dan nyeremin ini. Kenapa nyeremin? Karena pemandian cowok dan cewek dipisah, jadi saya musti bugi bareng pria pria lainnya. Ohmaigod.... Ceritanya, saya booking penginapan di salah satu hotel kapsul di Tokyo. Namanya Asakusa Riverside Capsule. Lokasinya sih bagus, strategis banget. Tepat di samping sungai dan dekat pintu keluar stasiun Asakusa. Dari awal booking sih saya udah tau kalo hotel kapsul kamar mandinya sharing, tapi saya gak nyangka ternyata sharingnya model onsen Jepang mandi bebarengan begini.

Cara Menuju Sokcho dari Seoul

Annyeonghaseyo. Seoul yang merupakan ibukota negara Korea Selatan adalah kota tujuan utama traveler dari Indonesia. Tapi sebenarnya ada 1 kota kecil nan indah yang lokasinya tidak jauh dari Seoul. Berada di kaki pegunungan Seoraksan yang sangat indah serta memiliki pantai yang cantik, kita bisa menghabiskan waktu di laut dan gunung sekaligus pada hari yang sama. Kota itu bernama Sokcho. Seoraksan National Park How? Kalo dari Seoul, cara termudah menuju Sokcho adalah naik bus. Kita bisa langsung beli tiket bus menuju Sokcho di Dong Seoul Bus Terminal. Dari bandara Incheon, jika naik Seoul Metro (MRTnya Seoul) kita tinggal menuju ke Gangbyeon Station. Nah, Dong Seoul Bus Terminal ini lokasinya tepat di seberang station ini. Bangunannya gede, gak kayak terminal bus di Indonesia, jadi pas pertama kali kesana saya sempet nyasar juga. Tapi saya kasi liat fotonya disini biar lebih jelas yang mana bangunannya. Dong Seoul Bus Terminal Masuk ke gedung terminalnya, kita langsung ke