Langsung ke konten utama

Pantai Timang - Hidden Paradise yang Penuh Perjuangan

Daerah Gunung Kidul di Jogja memang lagi naik daun gara-gara banyak kawasan pantai-pantai ngehits yang baru akhir-akhir ini diketahui orang banyak. Dulu orang kalo ke Jogja taunya cuman Parangtritis, tapi sekarang ada juga Pantai Baron, Pantai Indrayanti, dan macem-macem lagi yang banyak banget sepanjang jalur pantai selatan.

Salah satunya yang sempat saya datengin kemarin adalah Pantai Timang.


Sebenernya ga terlalu cocok disebut pantai, karena posisinya ada di tebing yang agak menjorok ke samudra, dengan satu pulau karang besar (ini yang namanya Pulau Timang) di seberangnya yang bisa kita datengin dengan akses yang cukup ekstrim. Penampakannya kira-kira begini.

Pulau Timang
Untuk menuju Pantai/Pulau Timang dari Jogja bisa ditempuh sekitar 2-3 jam naik mobil/motor pribadi. Belum ada transportasi umum menuju sini karena daerahnya masih cukup terpencil. Pertama kita menuju ke daerah Gunung Kidul terlebih dulu, lalu terus menyusuri jalan menuju ke selatan. Bisa pake Google Maps atau Waze biar gak nyasar. Di sepanjang jalan ada banyak penunjuk arah juga, dan kalo masih bingung juga boleh nanya orang lewat. Orang Jogja ramah-ramah jadi kalo kita nanya jalan pasti dibantuin.

Sekitar 2km sebelum mencapai pantai, kita bakal bertemu pertigaan yang mengarah ke Pantai Siung. Di pertigaan ini bakal ada papan petunjuk arah kecil yang mengarahkan menuju ke Pantai Timang juga. Sebaiknya hiraukan papan petunjuk ini dan terus lurus saja (atau mengikuti petunjuk GPS). Disini kesalahan saya terjadi. Saya malah ngikutin papan petunjuk itu dan malah mengabaikan arahan GPS, lalu saya belok ngikutin papan petunjuk. Maju dikit saya ketemu gerbang tiket Pantai Siung. Disini bayar per orang 5000 rupiah. Ini kesalahan pertama, karena kalo tadi saya lurus, saya ga perlu bayar tiket. Di gerbang ini saya langsung nanya ke petugasnya arah menuju Pantai Timang, dan langsung diperingatkan untuk hati-hati karena jalanannya rusak dan susah dilewati motor. Saya tetep nekat.

Maju lagi, ketemu pertigaan belok kiri. Di pertigaan ini ada beberapa pemuda lokal yang lagi nongkrong, dan lagi-lagi saya diperingatkan kalo jalanannya ancur. Saya nekat tetep terus, dan bertemulah saya dengan rute paling ekstrim yang pernah saya liat sepanjang hidup. Jalanannya (kalo masih bisa disebut jalanan) bukan lagi terbuat dari tanah atau kerikil, tapi berlapis batu batu gede banget yang sama sekali engga mulus. Buat ngelewatin jalanan berbatu-batu besar ini aja sudah susah, ditambah lagi medannya yang menanjak dan ada beberapa area yang berlumpur karena hari sebelumnya habis ujan. Saking parahnya medan ini, motor temen saya sempet jatuh kepeleset batu+lumpur, padahal dia jalannya udah pelan-pelan banget. Dan saking parahnya juga, saya sampe sama sekali ga kepikiran buat ambil foto/video. Saya sampe fokus banget ngelewatin rintangan Ninja Warrior ini. Dulu saya pernah naik motor ngelewatin hutan pedalaman Kalimantan, dan itu jalanan disana jauh lebih mulus. Kalo yang ini, lebih mirip jalur off road

Hampir satu jam saya butuhkan buat ngelewatin jalur neraka ini, sampai akhirnya saya sampai di parkiran Pulau Timang. FYI sebenernya jika melewati jalur yang benar (yang engga ngikuti papan petunjuk) nantinya kita bisa ketemu jeep yang difungsikan menjadi semacam angkot atau direntalkan untuk menuju Pantai Timang. Tapi ini saya baru tahu pas udah nyampe ke pantainya. Untuk ongkos jeepnya saya engga sempet tanya, tapi jelas lebih baik naik jeep dibanding naik motor ngelewatin jalur nista tersebut.

Begitu parkir motor, lalu jalan kaki menuju tepi tebing, pemandangan super cantik menyambut indera penglihatan saya. Samudera biru dengan ombak yang bergulung-gulung sampai akhirnya pecah di bebatuan karang di bawah tebing membuat semua perjuangan tadi terbayarkan. Kami langsung masuk ke salah satu warung makan yang menghadap samudra, lalu pesan mie ayam dan es kelapa muda sambil menikmati pemandangan tersebut. Habis neraka terbitlah surga.

Dari tepi tebing, kita bisa melihat Pulau Timang di seberang. Untuk menuju pulau karang ini, kita bisa naik gondola atau lewat jembatan gantung. Yang cukup ekstrim sih naik gondola, karena kita bakal digantung sendirian di gondola setinggi belasan (atau puluhan) meter sambil ditarik menuju pulau seberang, sementara di bawah kita siap menyambut batu-batu karang tajam dengan ombaknya yang gede. Saking ekstrimnya gondola ini, sampai pernah juga dipake buat syuting Running Man (realitu show Korea Selatan) dengan salah satu tantangannya yaitu naik gondola ini. Sayangnya untuk naik gondola ini cukup mahal juga, per orang 150ribu sudah termasuk asuransi. Kalo mau yang lebih murah bisa lewat jembatan gantung, tapi buat saya tetep mahal juga karena harus bayar 100ribu per orang. Hadehh. Di tepi tebing juga disediakan beberapa spot untuk foto selfie dengan pemandangan laut/tebing/Pulau Timang. Beberapa spot foto mengharuskan kita bayar 5000 rupiah karena spotnya sengaja disediakan oleh warga sekitar.

Salah satu spot foto
Berjalan sedikit ke kanan, menuruni tebing, kita akan menemukan pantai pasir kecil dengan nama Pantai Pasiran. Pantainya kecil tersembunyi diapit tebing, mirip-mirip lah dengan yang ada di drama Korea Descendant of the Sun. Disini lumayan bisa main air sedikit. Jangan berenang disini karena arusnya deras, ini kan pantai menghadap samudra, jadi maklum kalo ombaknya gede-gede.


Overall Pantai Timang sangat layak dikunjungi. Perjuangan melewati jalur laknat akan terbayarkan begitu kita sampai di tepi pantai. Harap pastikan kondisi kendaraan prima kalo mau kesini. Pas perjalanan pulang, saya bahkan ketemu pengunjung yang awalnya naik motor, tapi akhirnya nyerah dan balik lagi buat naik jeep. Pokoknya intinya kalo mau kesini musti siap dan hati-hati saat berkendara di treknya :)

Komentar

  1. Kemarin pas ke jojga aku ga sempat ke sini, akses ke sana emang butuh transport pribadi. Cuma menarik di pantai timang ini

    BalasHapus
  2. Pengin jajal nglewati jembatannya ...
    Pasti sensasional banget rasanya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Naik Bus dari Bangkok ke Pak Chong (Khao Yai National Park) - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 5

Sekitar jam 23:00 kami mendarat di Bangkok. Airport bus jam segitu udah gak ada, jadi kami terpaksa naik Grab Car meskipun lebih mahal. Meskipun udah tengah malam, kami memutuskan buat nginep di hostel di dekat Mo Chit bus terminal karen besok pagi kami mau langsung cabut naik bus menuju ke kota Pak Chong. Pak Chong ini adalah kota kecil sekitar 3 jam dari Bangkok, mirip kayak Puncak kalo di Jakarta. Ada apa saja di Pak Chong? Destinasi utamanya sih Khao Yai National Park, taman nasional yang guede dan luas banget. Ada air terjun, satwa liar, danau, gajah, rusa, monyet, dan lain-lain. Selain itu di Pak Chong juga banyak tempat wisata yang mirip-mirip di Puncak gitu. Ada resort bertema Eropa, kafe-kafe gaul, dan cem macem lainnya. Kami nyampe hostel di Bangkok sekitar jam setengah 1 malam. Langsung check ini (USD7/orang), bersih-bersih, lalu karena kelaparan saya pun langsung melipir beli rice box (THB35) di sevel seberang hostel. Setelahnya langsung istirahat, tidur yang cu

Mencoba Onsen, Pemandian Air Panas di Jepang - Mandi Bareng Rame-rame

Onsen, atau pemandian air panas, adalah salah satu budaya masyarakat Jepang. Mereka sepertinya hobi banget berendam air panas di onsen ini. Dan uniknya, tidak seperti masyarakat kita yang berendam di pemandian air panas menggunakan pakaian renang, masyarakat Jepang berendam air panas tanpa menggunakan apa-apa. Polos. Rame-rame bareng orang lain yang kenal maupun yang gak kenal. Absurd pokoknya. Saat backpackeran ke Jepang tahun lalu, saya berkesempatan mencoba pengalaman unik dan nyeremin ini. Kenapa nyeremin? Karena pemandian cowok dan cewek dipisah, jadi saya musti bugi bareng pria pria lainnya. Ohmaigod.... Ceritanya, saya booking penginapan di salah satu hotel kapsul di Tokyo. Namanya Asakusa Riverside Capsule. Lokasinya sih bagus, strategis banget. Tepat di samping sungai dan dekat pintu keluar stasiun Asakusa. Dari awal booking sih saya udah tau kalo hotel kapsul kamar mandinya sharing, tapi saya gak nyangka ternyata sharingnya model onsen Jepang mandi bebarengan begini.

Cara Menuju Sokcho dari Seoul

Annyeonghaseyo. Seoul yang merupakan ibukota negara Korea Selatan adalah kota tujuan utama traveler dari Indonesia. Tapi sebenarnya ada 1 kota kecil nan indah yang lokasinya tidak jauh dari Seoul. Berada di kaki pegunungan Seoraksan yang sangat indah serta memiliki pantai yang cantik, kita bisa menghabiskan waktu di laut dan gunung sekaligus pada hari yang sama. Kota itu bernama Sokcho. Seoraksan National Park How? Kalo dari Seoul, cara termudah menuju Sokcho adalah naik bus. Kita bisa langsung beli tiket bus menuju Sokcho di Dong Seoul Bus Terminal. Dari bandara Incheon, jika naik Seoul Metro (MRTnya Seoul) kita tinggal menuju ke Gangbyeon Station. Nah, Dong Seoul Bus Terminal ini lokasinya tepat di seberang station ini. Bangunannya gede, gak kayak terminal bus di Indonesia, jadi pas pertama kali kesana saya sempet nyasar juga. Tapi saya kasi liat fotonya disini biar lebih jelas yang mana bangunannya. Dong Seoul Bus Terminal Masuk ke gedung terminalnya, kita langsung ke