Jejak Kekejaman Khmer Merah di Choeung Ek dan Tuol Sleng - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 4
Day 4
Hari keempat adalah harinya pelajaran sejarah. Tujuan kami hari ini adalah mengunjungi 2 tempat terjadinya tragedi terbesar bagi Kamboja, yaitu tragedi pembantaian yang dilakukan oleh rezim Khmer Merah. Tau Pol Pot kan? Salah satu diktator kejam abad 20, yang mampu mengurangi sepertiga populasi Kamboja hanya dalam beberapa tahun pemerintahannya.
Tujuan pertama kami adalah Choeung Ek Genocidal Centre, atau biasa disebut Killing Fileds. Lokasinya ada di pinggiran kota Phnom Penh, jadi setelah sarapan di hotel (gratis), kami dijemput oleh bus berAC yang sudah include di paket tour yang kemarin udah kami booking. Dari hotel kami masih harus menjemput beberapa peserta tour lain. Mayoritas yang ikut tour bule sih, cuma kami berdua (dan tour guidenya) yang orang Asia. Perjalanan menuju Choeung Ek sekitar 45 menit, dan sepanjang jalan kami disuguhkan tontonan tentang sejarah rezim Khmer Merah dan kejamnya pemerintahan Pol Pot.
Sampai di Choeung Ek, kami diberi waktu 1,5 jam sebelum bus bakal mengantarkan kami ke tujuan berikutnya. Kami langsung buru-buru beli tiket di loket masuknya seharga USD3/orang dan sewa audio guide seharga USD3 dibagi 2. Dengan pake audio guide ini, kita bisa tau sejarah di masing-masing spot di tempat ini. Kalo gak pake audio guide, kita cuman bisa liat-liat tempatnya sambil baca papan informasi yang infonya gak seberapa. Tapi dengan mendengarkan audio guide, infonya jadi lebih banyak. Satu audio guide bentuknya mirip walkman jaman dulu dengan 2 colokan jack 3,5mm. Secara default kita cuma dikasi 1 headphone, tapi karena saya bawa earphone, jadinya 1 audio guide bisa dipake barengan berdua. Ngirit.
Singkat cerita, di Choeung Ek ini kami berkeliling dari satu titik ke titik lain, dimana di tiap-tiap titik pemberhentian ada penjelasan mengenai tragedi apa yang terjadi di lokasi tersebut. Kebanyakan berupa kuburan massal. Jadi pada saat rezim Khmer Merah, penduduk Kamboja yang berpotensi mengancam pemerintah akan ditangkap beserta keluarganya. Kebanyakan yang ditangkap adalah kaum terpelajar, simpatisan dan mantan pegawai negeri rezim sebelumnya, pemuka agama, dsb. Mereka diinterogasi (disiksa) di penjara, dipaksa mengakui kesalahan yang tidak mereka lakukan, lalu dibunuh decara brutal di Killing Fields (salah satu killing fields yang terkenal adalah Choeung Ek ini). Yang sadis, untuk menghemat amunisi, mereka dibunuh dengan senjata-senjata manual kayak misalnya palu, tombak, gada, pisau, dan sejenisnya. Jadi ada kemungkinan kematiannya berlangsung lambat.
Spot yang lain adalah sebuah pohon besar dimana disini banyak banget tergantung gelang warna-warni dan kertas tulisan doa. Pohon ini dulunya digunakan untuk membunuh bayi dan anak kecil dari tawanan. Bayi-bayi itu akan dipegang kakinya terbalik, lalu kepalanya dibenturkan dengan kencang ke pohon ini sampai mati. Kenapa mereka ikut dibunuh? Alasannya adalah agar mereka tidak tumbuh besar lalu menyimpan dendam pada pemerintah. Damn.
Pohon tempat membantai bayi dan anak kecil |
Ada juga pohon lain yang pada jaman dulu dipasang speaker besar di atasnya. Speaker ini akan menyetel lagu dengan suara kencang, yang berfungsi untuk meredam suara-suara jeritan dan rintihan korban saat mereka dieksekusi mati. Disini audio guide juga memutar lagu tersebut. Bikin merinding.
Ini dia 'Pohon Ajaib' |
Terakhir, ada bangunan monumen di tengah area Choeung Ek, berisi ratusan tengkorak korban pembantaian. Untuk masuk ke monumen ini harus lepas sepatu dan dilarang bersuara keras, untuk menghormati korban. Tengkorak-tengkorak para korban disusun dalam lemari kaca setinggi monumen, dengan keterangan usia dan jenis kelamin korban, serta cara mereka dibunuh.
Monumen untuk menghormati para korban |
Gak terasa 1,5 jam berlalu. Kami balik lagi ke bus untuk lanjut ke lokasi berikutnya yaitu ke Tuol Sleng Genocide museum. Museum ini letaknya di tengah kota, bersebelahan dengan gedung-gedung lainnya. Dulunya museum ini adalah bangunan sekolah, lalu pada saat rezim Khmer Merah dialihfungsikan menjadi penjara untuk menawan para tahanan politik.
Masuk ke Tuol Sleng bayar lagi USD5 plus USD3 untuk audio guidenya.
Di dalam Tuol Sleng berisi ribuan foto para tahanan yang diambil sebelum mereka disiksa. Ruangan-ruangan kelas dialihfungsi menjadi penjara dan ruang penyiksaan. Jenis-jenis penyiksaan disini banyak banget dan sadis-sadis. Beberapa korban ada yang diikat di ranjang besi, dipaksa mengaku bahwa dia adalah mata-mata CIA. Kalo gak ngaku badannya akan disilet-silet lalu disiram air perasan jeruk. Ada juga yang digantung terbalik lalu kepalanya dicelupkan ke gentong berisi air kotor sampai ia kehabisan nafas.
Peraturan sadis di Tuol Sleng |
Ilustrasi siksaan |
Alat-alat penyiksaan yang dulu dipake disini juga masih banyak yang utuh, disimpan dalam lemari kaca. Tahanan disini banyak yang gak kuat menghadapi siksaan setiap hari sampai akhirnya tewas. Sisanya yang hidup biasanya dikirim ke Choeung Ek untuk dieksekusi. Dari sekitar 20.000 tahanan yang pernah menghuni Tuol Sleng, hanya 12 orang yang selamat. Saat ini masih ada 2 dari mereka yang hidup, dan kita bisa ketemu mereka secara langsung disini. Mereka menjual buku kisah hidupnya dan perjuangan mereka bertahan hidup di Tuol Sleng. Jangan lupa mampir untuk beli buku mereka kalo kalian kesini ya.
Dari Tuol Sleng kami dijemput lagi oleh bus tour, lalu diantar kembali ke hotel. Karena malam ini kami ada flight menuju Bangkok, jadi sore ini akan kami habiskan buat santai-santai aja di sekitar Riverside. Jadi dari hotel kami jalan kaki menyusuri sungai, sambil cari tempat makan. Pengumuman: disini makanannya MAHAL. Semuanya mematok harga pake USD, dan kami udah muter-muter cukup lama tapi gak nemu juga tempat makan yang murah. Sial.
Sore hari di Riverside Phnom Penh, berasa di Beverly Hills |
Akhirnya kami pun pasrah masuk ke salah satu restoran, dan pesen makan seharga USD8. Hiks.
Makanan mahal :( |
Malamnya kami naik Grab Tuktuk dari hotel untuk menuju ke bandara seharga KHR16.100. Pesawat AirAsia kami akan sampai di Bangkok sekitar jam 11 malam. Kami udah booking tiket sebelumnya dari Indonesia seharga sekitar IDR 700.000. Kenapa kami naik pesawat dan bukannya naik bus? Karena kalo naik bus butuh waktu seharian lebih dan biayanya juga sekitar 400ribu. Opsi naik bus biasanya dipilih oleh traveler yang ingin mampir ke Siem Reap (Angkor Wat) dulu sebelum menuju Bangkok. Nah, karena kami kurang berminat kesana, jadi naik pesawat merupakan pilihan yang lebih bijak dibandingkan bus. Cuma lebih mahal sedikit, tapi dalam 1 jam udah sampe ke Bangkok.
Bye Cambodia, see u next time!
Pengeluaran hari ke-4
Ikut Tour : USD10 - IDR140.000
Tiket Choeung Ek : USD4,5 - Rp63.000
Tiket Tuol Sleng : USD8 - IDR112.000
Makan sore: USD8 - IDR112.000
Grab TukTuk ke bandara : KHR16.100 - IDR55.000
Tiket AirAsia Phnom Penh-Bangkok : IDR700.000
Total : IDR1.182.000 :(
Vlognya silaken ditonton yakk:
Komentar
Posting Komentar