Langsung ke konten utama

Persiapan Trekking Annapurna Base Camp - Nepal

Deretan pegunungan Annapurna, salah satu bagian dari rangkaian pegunungan Himalaya di Nepal.
Image source: Wikipedia

Jadi ceritanya saya ini sama sekali belom pernah naik gunung, tapi sok ide pengen menjejakkan kaki di deretan pegunungan Himalaya. Dan akhirnya pada akhir taon 2017 saya nekat beli tiket pulang-pergi jakarta-kathmandu naek AirAsia (seperti biasa maskapai andalanque). Sebenernya ada opsi lain yaitu naik Malindo (yang servicenya lebih joss karena dapet makan dan ada in-flight entertainment) dan harganya cuman lebih mahal dikit. Tapiii berhubung jadwal penerbangan AirAsia lebih cocok buat saya yang cutinya pas2an, jadi saya milih naek AirAsia aja. FYI kalo naik AA kita akan tiba di Kathmandu sekitar jam 2 siang, jadi sore-malam masih bisa jalan-jalan di Kathmandu. Sementara kalo naik Malindo,kita bakal nyampe Kathmandu tengah malam. So, saya mending naik AirAsia bisa nambah waktu jalan-jalan setengah hari di Kathmandu. Untuk harga tiketnya saya dapet 3,8juta PP dari Jakarta, dengan transit sekitar 2 jam dulu di Kuala Lumpur.

Pas saya beli tiket ini, saya sama sekali belom ada itinerary, dan travel-mate pun juga ga punya. Entah kenapa, temen-temen ga ada yang mau diajak ke Nepal. Jadi setelah beli tiket, baru saya browsing2 cari contekan itin yang pas buat jadwal saya yang cuman 11 hari di Nepal. Sebenernya pengen ke Everest Base Camp, tapi 11 hari rasanya super mepet dan budget pun bisa membengkak karena harus nambah beli tiket pesawat lagi dari Kathmandu ke Lukla (Lukla adalah starting point buat trekking ke EBC), jadilah saya memilih trekking menuju ke Annapurna Base Camp yang lebih ramah di kantong dan waktu.

Setelah dapet itin yang sesuai, saya lanjut lagi mencari hal krusial berikutnya: travel-mate. Rasanya bisa mati gaya kalo trekking berhari-hari tanpa ada yang bisa diajak ngobrol. Jadi saya mulai ubek-ubek forum dan blog buat nyari partner trekking ke ABC. Tapi 2-3 bulan berlalu tanpa ada yang berminat join trekking dan akhirnya saya pun pasrah kalo akhirnya bakal solo trekking di Annapurna.

Akhir februari 2018, tiba-tiba keajaiban terjadi. Tak diduga tak dinyana, ada seorang gadis (sebut saja Bunga) mengirim mesej di Instagram, mengatakan kalau ternyata dia juga lagi nyari barengan buat trekking ke ABC! Dan Bunga belom beli tiket sama sekali, jadi setelah ketemuan dan discuss ngalor ngidul, akhirnya Bunga ngikut full semua itinerary saya. Akhirnya sisa waktu yang 1,5 bulan langsung dikebut beli tiket buat Bunga, briefing2 bareng, tuker duit, hunting perlengkapan, sampe (setengah hati) latihan lari buat persiapan fisik. O iya Bunga ini nama aslinya Sien, mojang asli Pontianak.

Berikut beberapa persiapan yang kami lakukan menjelang trekking menuju ABC:
1. Persiapan fisik - lari minimal seminggu 2-3 kali 10x putaran lapangan sepakbola (ini banyak gagalnya karena suasana hati tidak mendukung alias mager).
2. Menyusun itinerary - lihat contekan dari blogger2 lain yang sudah pernah ke ABC. Thanks to Takdoskapankemana, dan blog-blog luar negeri berbahasa inglis yang saya sudah lupa situsnya, kalian berjasa besar.
3. Booking penginapan - ini penting didiskusikan bersama biar dapet penginapan yang cocok buat kedua belah pihak.
4. Menyusun anggaran pengeluaran disana, lalu tuker duit IDR to USD. Kenapa USD? Karena mata uang Rupee Nepal tidak diperjualbelikan di luar Nepal, jadi kita harus bawa USD dari sini untuk ditukar dengan Rupee disana (Rupiah engga laku di Nepal).
5. Hunting perlengkapan - terutama down jacket, kaos kaki tebel, dan sarung tangan. Meskipun kami kesana pada awal April yang sudah memasuki musim semi, di ABC masih ada salju jadi kami butuh segala sesuatu yang bisa menghalau dingin. Oiya kami juga bawa jas hujan, karena menurut info, awal April akan sesekali turun hujan. Saya cuma beli jas hujan sekali pakai seharga 15rb saja, yang rencananya engga cuma dipake sekali. Pokoknya dipake terus sampe rusak.
6. Beli ransum, cemilan2 (beng-beng), botol air yang bisa diisi ulang, Indomie seleraku, dll.
6. Sudah itu aja sih persiapannya. Sisanya spontanitas aja disana. God bless us anyway.

Tuker USD (dan Ringgit buat beli makan selama transit di KL)

Jas hujan 15ribu perak


Untuk itinerary selama di Nepal, nanti saya tulis di postingan terpisah.

Namaste!


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Naik Bus dari Bangkok ke Pak Chong (Khao Yai National Park) - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 5

Sekitar jam 23:00 kami mendarat di Bangkok. Airport bus jam segitu udah gak ada, jadi kami terpaksa naik Grab Car meskipun lebih mahal. Meskipun udah tengah malam, kami memutuskan buat nginep di hostel di dekat Mo Chit bus terminal karen besok pagi kami mau langsung cabut naik bus menuju ke kota Pak Chong. Pak Chong ini adalah kota kecil sekitar 3 jam dari Bangkok, mirip kayak Puncak kalo di Jakarta. Ada apa saja di Pak Chong? Destinasi utamanya sih Khao Yai National Park, taman nasional yang guede dan luas banget. Ada air terjun, satwa liar, danau, gajah, rusa, monyet, dan lain-lain. Selain itu di Pak Chong juga banyak tempat wisata yang mirip-mirip di Puncak gitu. Ada resort bertema Eropa, kafe-kafe gaul, dan cem macem lainnya. Kami nyampe hostel di Bangkok sekitar jam setengah 1 malam. Langsung check ini (USD7/orang), bersih-bersih, lalu karena kelaparan saya pun langsung melipir beli rice box (THB35) di sevel seberang hostel. Setelahnya langsung istirahat, tidur yang cu

Mencoba Onsen, Pemandian Air Panas di Jepang - Mandi Bareng Rame-rame

Onsen, atau pemandian air panas, adalah salah satu budaya masyarakat Jepang. Mereka sepertinya hobi banget berendam air panas di onsen ini. Dan uniknya, tidak seperti masyarakat kita yang berendam di pemandian air panas menggunakan pakaian renang, masyarakat Jepang berendam air panas tanpa menggunakan apa-apa. Polos. Rame-rame bareng orang lain yang kenal maupun yang gak kenal. Absurd pokoknya. Saat backpackeran ke Jepang tahun lalu, saya berkesempatan mencoba pengalaman unik dan nyeremin ini. Kenapa nyeremin? Karena pemandian cowok dan cewek dipisah, jadi saya musti bugi bareng pria pria lainnya. Ohmaigod.... Ceritanya, saya booking penginapan di salah satu hotel kapsul di Tokyo. Namanya Asakusa Riverside Capsule. Lokasinya sih bagus, strategis banget. Tepat di samping sungai dan dekat pintu keluar stasiun Asakusa. Dari awal booking sih saya udah tau kalo hotel kapsul kamar mandinya sharing, tapi saya gak nyangka ternyata sharingnya model onsen Jepang mandi bebarengan begini.

Cara Menuju Sokcho dari Seoul

Annyeonghaseyo. Seoul yang merupakan ibukota negara Korea Selatan adalah kota tujuan utama traveler dari Indonesia. Tapi sebenarnya ada 1 kota kecil nan indah yang lokasinya tidak jauh dari Seoul. Berada di kaki pegunungan Seoraksan yang sangat indah serta memiliki pantai yang cantik, kita bisa menghabiskan waktu di laut dan gunung sekaligus pada hari yang sama. Kota itu bernama Sokcho. Seoraksan National Park How? Kalo dari Seoul, cara termudah menuju Sokcho adalah naik bus. Kita bisa langsung beli tiket bus menuju Sokcho di Dong Seoul Bus Terminal. Dari bandara Incheon, jika naik Seoul Metro (MRTnya Seoul) kita tinggal menuju ke Gangbyeon Station. Nah, Dong Seoul Bus Terminal ini lokasinya tepat di seberang station ini. Bangunannya gede, gak kayak terminal bus di Indonesia, jadi pas pertama kali kesana saya sempet nyasar juga. Tapi saya kasi liat fotonya disini biar lebih jelas yang mana bangunannya. Dong Seoul Bus Terminal Masuk ke gedung terminalnya, kita langsung ke