Langsung ke konten utama

Ngeteng ke Cu Chi Tunnels - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 2

War Remnant Museum

Hari kedua.

Bangun pagi, bebersih serta setor tunai dulu di kamar mandi, lalu kami berdua sarapan murah meriah di Circle K seberang hostel. Satu mangkok mie goreng pake telor dan sosis cuma VND 20.000. Lumayan murah sih.

Sarapan di Circle K

Hari ini, seperti yang sudah direncanaken, kami bakal menuju ke Cu Chi Tunnels (baca: Ku Chi). Mengunjungi sendiri tempat bersejarah, saksi bisu perang Vietnam yang membuat para tentara US depresi berat hingga akhirnya kalah perang melawan Vietnam. Padahal tentara US punya peralatan perang yang lebih canggih dibanding tentara Vietcong yang lebih tradisional.

Cu Chi Tunnels berada di pinggiran kota Ho Chi Minh. Mungkin kalo disini kayak kota kabupaten gitu kali ya. Kayak dari Jakarta ke Bogor. Biasanya para turis kesini ikut paket tour yang banyak dijual di travel agent yang banyak tersebar di sekitaran District 1. Tapi dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi negara, maka kami memutuskan untuk menuju ke Cu Chi Tunnels dengan cara ngeteng, naik bus umum.

Secara garis besar, bus umum di Vietnam nyaman dan aman. Meskipun gak ada jalur khusus kayak busway, tapi mereka hanya berhenti di halte-halte yang telah ditentukan. Nah, untuk menuju ke Cu Chi Tunnels, pertama kita harus menuju ke terminal bus di 23/9 Park (lokasinya masih ada di seputar District 1, jadi kalo jalan kaki gak terlalu jauh). Awalnya kami sempet nyasar dan malah pergi ke Ben Thanh Terminal. Ternyata disana gak ada bus no. 13. Jadi kami coba nanya ama cewek Vietnam yang kebetulan lewat. Ternyata doi juga gatau cara menuju Cu Chi Tunnels, tapi dia berbaik hati nanyain ke bapak-bapak tua yang jaga di terminal. Jadilah kami diarahkan buat naik bus umum ke 23/9 Park Terminal (bayar tiket VND 5000/orang). Dari terminal ini, cari bus nomor 13, lalu langsung naik aja. Busnya nyaman, ber AC, meskipun sudah agak berumur. Tapi ada beberapa armada bus yang masih baru juga kok. Untung-untungan sih. O iya, biayanya murah banget, cuma VND 10.000/orang.


Bus no. 13

Bus no. 13 ini nantinya bakal berhenti di pemberhentian akhirnya yaitu Terminal Cu Chi. Nah, di Terminal Cu Chi ini kita musti pindah ke bus no. 79. Biayanya VND 6000/orang. Pas bayar, sebaiknya kita kasitau kernetnya kalo kita mau turun di Cu Chi Tunnels. Nanti pas udah deket, si kernet bakal nyuruh kita buat siap-siap turun. Total perjalanan dari HCMC sampai ke Cu Chi Tunnels sekitar 2-3 jam tergantung kondisi lalu lintas dan cara nyetir sopirnya.

Begitu turun, kita tinggal nyeberang jalan aja, dan kita bakal disambut sama gerbang merah besar bertuliskan "Selamat Datang di Cu Chi Tunnels" dalam bahasa Vietnam (kalo ga salah sih gitu terjemahannya. Kalo salah yowes ben). Jalan aja terus, nanti kita akan ketemu loket jual tiket masuknya. Harganya VND 90.000 per orang, sudah termasuk English Tour Guide dan snack. Disini kita musti pake guide, karena tempatnya luas dan masih berupa hutan, jadi perlu ada guide biar gak nyasar.

Ada apa aja di Cu Chi Tunnels?
Monggo dibaca disini ya






Dari Cu Chi Tunnels, kami balik lagi ke HCMC menggunakan bus dengan nomer yang sama. Nyampe ke HCMC udah sekitar setengah 5 sore. Rencana berikutnya adalah menuju ke War Remnant Museum, yang isinya menyimpang banyak benda-benda peninggalan perang Vietnam. Lokasinya masih ada di District 1 juga, jadi begitu masuk ke area District 1, kami buka Google Maps. Begitu mendekati museum, kami berhenti di halte terdekat, lalu lanjut jalan kaki sekitar 10 menit.

War Remnant Museum

Museumnya tutup jam 6 sore, jadi kami cuma punya waktu 1 jam lebih dikit buat keliling museum. Tiket masuknya VND 40.000/orang. Museum ini dibagi jadi 3 lantai. Masing-masing lantai ada sekitar 3 ruangan besar dengan tema yang berbeda. Mulai dari latar belakang perang, suasana perang, peralatan perang yang digunakan, foto-foto korban perang yang sadis-sadis, metode penyiksaan tahanan perang, akhir perang, hingga efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh perang.

Masuk ke museum ini dan melihat foto-fotonya bikin merinding. Foto-foto suasana perang dan korban-korban perang nampak sekali memperlihatkan penderitaan rakyat Vietnam pada saat itu. Yang paling bikin merinding adalah ruangan yang menunjukkan efek dari senjata kimia yang digunakan pada saat perang. Kalo kuat lihat foto-fotonya, bisa search di Google 'Agent Orange Vietnam'.




Foto-foto para korban Agent Orange







Jam 6 tepat, museum ditutup. Kami keluar dan karena kelaparan (dari pagi cuman makan di Circle K sama singkong rebus di Cu Chi Tunnels), maka kami jalan kaki menuju KFC terdekat. Ceritanya pengen nyobain KFC di Vietnam, apakah lebih enak dari KFC di Indonesia atau malah sebaliknya. Saya pesen paket 2 ayam, french fries dan soft drink seharga VND 82.000. Ternyata rasa ayamnya mirip kayak KFC di Indonesia. Yang beda adalah rasa saos sambalnya, kayak lebih manis rasanya.




Dari KFC, kami diajak muter-muter HCMC naik motor bareng Thanh dan Cuc (Thao enggak ikut). Seru juga naek motor disini, karena jumlah motornya yang buanyak banget, jadi sensasinya agak beda dari naik motor di Jakarta.



Kami diajak makan lagi sama mereka di salah satu restoran yang jual spring roll, salah satu makanan khas Vietnam. Sebenernya mirip lumpia sih. Tapi isinya pork. Oiya, disini banyak banget makanan mengandung pork, jadi musti hati-hati kalo milih tempat makan disini. Tapi kalau pho sih mayoritas pakai daging sapi. Satu yang saya perhatiin pas makan disini, ternyata orang Vietnam doyan banget ama sayur. Tiap makan pasti porsi sayurnya banyak banget.




Kelar makan kami naik motor menuju ke Ben Thanh night market, cari oleh-oleh kaos, dibantu Thanh dan Cuc buat nawar harga. Lumayan jadi lebih murah dikit. Mereka juga bantuin kami beli tiket bus menuju ke Phnom Penh Kamboja seharga VND 220.000. Orang Vietnam baek-baek banget deh pokoke!

Menjelang tengah malam, kami nongkrong dulu di semacam alun-alun besar di tengah kota, dekat City Hall gitu. Banyak pedagang street food dan warga lokal yang nongkrong disini. Tapi karena udah kenyang banget, jadi kami cuman foto-foto. Dan karena besok pagi kami musti berangkat naik bus ke Phnom Penh, jadi kami gabisa nongkrong lama-lama. Kami pun balik ke hostel, lalu istirahat.


Alun-alunnya HCMC

Pengeluaran hari ke-2
- Sarapan Circle K : VND 20.000
- Bus umum : VND 5000
- Bus no. 13 : VND 10.000
- Bus no. 79 : VND 6000
- Tiket Cu Chi Tunnels : VND 90.000
- Bus no. 79 : VND 6000
- Bus no. 13 : VND 10.000
- Tiket War Remnant Museum : VND 40.000
- KFC : VND 82.000
- Tiket Bus HCMC-Phom Penh : VND 220.000
Total : VND 489.000 sekitar IDR 299.000

Tu bi kontinyu...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Naik Bus dari Bangkok ke Pak Chong (Khao Yai National Park) - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 5

Sekitar jam 23:00 kami mendarat di Bangkok. Airport bus jam segitu udah gak ada, jadi kami terpaksa naik Grab Car meskipun lebih mahal. Meskipun udah tengah malam, kami memutuskan buat nginep di hostel di dekat Mo Chit bus terminal karen besok pagi kami mau langsung cabut naik bus menuju ke kota Pak Chong. Pak Chong ini adalah kota kecil sekitar 3 jam dari Bangkok, mirip kayak Puncak kalo di Jakarta. Ada apa saja di Pak Chong? Destinasi utamanya sih Khao Yai National Park, taman nasional yang guede dan luas banget. Ada air terjun, satwa liar, danau, gajah, rusa, monyet, dan lain-lain. Selain itu di Pak Chong juga banyak tempat wisata yang mirip-mirip di Puncak gitu. Ada resort bertema Eropa, kafe-kafe gaul, dan cem macem lainnya. Kami nyampe hostel di Bangkok sekitar jam setengah 1 malam. Langsung check ini (USD7/orang), bersih-bersih, lalu karena kelaparan saya pun langsung melipir beli rice box (THB35) di sevel seberang hostel. Setelahnya langsung istirahat, tidur yang cu

Mencoba Onsen, Pemandian Air Panas di Jepang - Mandi Bareng Rame-rame

Onsen, atau pemandian air panas, adalah salah satu budaya masyarakat Jepang. Mereka sepertinya hobi banget berendam air panas di onsen ini. Dan uniknya, tidak seperti masyarakat kita yang berendam di pemandian air panas menggunakan pakaian renang, masyarakat Jepang berendam air panas tanpa menggunakan apa-apa. Polos. Rame-rame bareng orang lain yang kenal maupun yang gak kenal. Absurd pokoknya. Saat backpackeran ke Jepang tahun lalu, saya berkesempatan mencoba pengalaman unik dan nyeremin ini. Kenapa nyeremin? Karena pemandian cowok dan cewek dipisah, jadi saya musti bugi bareng pria pria lainnya. Ohmaigod.... Ceritanya, saya booking penginapan di salah satu hotel kapsul di Tokyo. Namanya Asakusa Riverside Capsule. Lokasinya sih bagus, strategis banget. Tepat di samping sungai dan dekat pintu keluar stasiun Asakusa. Dari awal booking sih saya udah tau kalo hotel kapsul kamar mandinya sharing, tapi saya gak nyangka ternyata sharingnya model onsen Jepang mandi bebarengan begini.

Cara Menuju Sokcho dari Seoul

Annyeonghaseyo. Seoul yang merupakan ibukota negara Korea Selatan adalah kota tujuan utama traveler dari Indonesia. Tapi sebenarnya ada 1 kota kecil nan indah yang lokasinya tidak jauh dari Seoul. Berada di kaki pegunungan Seoraksan yang sangat indah serta memiliki pantai yang cantik, kita bisa menghabiskan waktu di laut dan gunung sekaligus pada hari yang sama. Kota itu bernama Sokcho. Seoraksan National Park How? Kalo dari Seoul, cara termudah menuju Sokcho adalah naik bus. Kita bisa langsung beli tiket bus menuju Sokcho di Dong Seoul Bus Terminal. Dari bandara Incheon, jika naik Seoul Metro (MRTnya Seoul) kita tinggal menuju ke Gangbyeon Station. Nah, Dong Seoul Bus Terminal ini lokasinya tepat di seberang station ini. Bangunannya gede, gak kayak terminal bus di Indonesia, jadi pas pertama kali kesana saya sempet nyasar juga. Tapi saya kasi liat fotonya disini biar lebih jelas yang mana bangunannya. Dong Seoul Bus Terminal Masuk ke gedung terminalnya, kita langsung ke