5.1 Osaka Castle
Hari kedua di Osaka ini grup kami ketambahan satu orang member. Salah seorang teman kami yang bekerja di Osaka menyempatkan waktunya untuk menjadi tour guide kami di Osaka-Kyoto. Sebut saja namanya Mr. O. Jam 9 pagi dia sudah datang ke hotel kami. Jadi kami segera check out lalu melanjutkan perjalanan. Tujuan pertama kami hari ini adalah Osaka Castle. Berhubung hari ini lokasi destinasinya jauh-jauh, jadi kami lagi-lagi harus menitipkan tas kami dulu di locker stasiun. Biayanya 400 yen per locker. Setelah itu kami naik kereta dari Imamiya Station menuju Osakajokoen Station dengan biaya 180 yen.
Turun di stasiun, kami masih harus berjalan kaki lumayan jauh untuk menuju Osaka Castle. Dari jauh sudah kelihatan bentuk bangunan Osaka Castle jadi menambah semangat kami untuk segera sampai ke sana. Sepanjang perjalanan menuju Osaka Castle kami melalui sebuah taman kota. Ada lapangan olahraga juga dimana saat itu ada penduduk lansia yang sedang bermain baseball. Sepanjang jalan juga banyak burung gagak di pepohonan yang suaranya cukup berisik. Di Indonesia jarang ada burung gagak jadi ini cukup menarik buat kami.
Osaka Castle dari kejauhan |
Sesampainya di pelataran Osaka Castle kami melihat ada banyak burung merpati yang nongkrong di bawah pepohonan menunggu makanan dari pengunjung. Mereka sudah pada jinak sama manusia jadi kita bisa memberi makan langsung dari tangan kita. Ada juga booth untuk berfoto dengan kostum tradisional pendekar Jepang dilengkapi katana mainan dengan background Osaka Castle. Foto disini gratis. Bisa juga langsung dicetak dengan tambahan biaya.
Untuk masuk ke Osaka Castlenya sendiri dikenakan biaya, jadi kami tidak masuk ke dalam. Cukup lah dengan foto-foto di depannya saja. Lagipula karena kami belum pada sarapan jadi kami mau cari makan dulu. Kami jalan balik menuju stasiun, lalu naik kereta lagi dengan biaya 160 yen menuju Osaka Station untuk cari makan di sana. Di Osaka Station (entah di bagian mananya karena kami cuma ngikut tour guide aja) kami makan di lantai paling atas sebuah bangunan. Lantai paling atas ini adalah lantai khusus makanan. Kami makan udon, sejenis mie dengan diameter yang lebih jumbo dibandingkan ramen. Makan siang kali ini gratis karena kami ditraktir ^^ sehingga rasanya jadi jauh lebih enak. Hahaha. Kalau suka wisata kuliner, saya merekomendasikan menu cold udon di sini. Mie udon dan daging yang disajikan tidak panas seperti umumnya makan mie, tapi benar-benar dingin seperti baru dari kulkas. Tapi rasa mie dan dagingnya tetap enak seperti layaknya makanan panas. Maknyus lah pokoknya. Setelah makan kenyang, kami lanjut naik kereta dari Osaka Station menuju destinasi berikutnya di Kyoto: Arashiyama.
Cold Noodle, Naengmyeon, Mie Dingin |
Di depan Osaka Castle |
Osaka |
5.2 Arashiyama
Arashiyama terkenal dengan hutan bambunya. Daerah ini terletak di pinggiran kota Kyoto. Jaraknya tidak sampai 1 jam perjalanan dari Osaka dengan naik kereta. Dari Umeda Station yang dekat dengan Osaka Station, kita harus transit sekali di stasiun Katsura untuk berganti kereta menuju Arashiyama Station. Transitnya cuma sebentar dan keretanya sangat on time. Biaya sampai ke Arashiyama 400 yen, dikali 2 untuk pulangnya nanti. Sesampainya di Arashiyama Station, kami masih harus berjalan kaki sebentar untuk menuju ke Bamboo Forest yang terkenal itu. Sepanjang perjalanan menuju ke Bamboo Forest kami melewati banyak hal. Pertama, kami berjalan menyusuri tepi sungai yang cukup lebar. Lalu kami harus melewati jembatan untuk sampai ke seberang sungai. Di jembatan kita dapat melihat pemandangan indah pegunungan yang mengelilingi area tersebut. Angin disini cukup kencang, jadi jika ingin mengunjungi tempat ini di musim dingin atau saat suhu rendah, usahakan memakai pakaian yang tebal.
Di atas jembatan ini ada banyak sekali becak ala Jepang yang cara mengemudikannya adalah dengan cara ditarik oleh si tukang becaknya. Kita bisa menyewa becak ini untuk dibawa mengelilingi Arashiyama sambil dipandu oleh si tukang becak. Satu becak bisa menampung 1-2 orang. Hebatnya, meskipun dijalankan dengan tenaga manusia, ada juga penarik becak yang cewek dan badannya kecil. Padahal untuk menarik becak itu tentu membutuhkan tenaga yang cukup besar, apalagi di beberapa tempat jalanannya sedikit menanjak. Penarik becak yang ada kebanyakan masih muda dan cukup good-looking sehingga lebih menarik minat wisatawan untuk menggunakan jasa mereka. Sayangnya biayanya cukup mahal, jadi kami tentu saja lebih memilih berjalan kaki. Lagipula, setelah melewati jembatan, kita akan dihadapkan dengan jalanan yang kanan kirinya penuh dengan pertokoan yang menarik. Banyak toko yang menjual pernak-pernik khas Jepang terutama Kyoto dan Arashiyama. Banyak juga toko pakaian yang menjual kimono, yukata, dan juga sekaligus menyewakannya. Jika ingin, kita bisa menyewa yukata untuk dipakai sambil berjalan-jalan mengitari Arashiyama. Biaya sewa berbeda-beda antara tempat satu dengan yang lainnya.
Becak Jepang |
Pertokoan di Arashiyama |
Setelah melewati beberapa pertokoan, di bagian kiri jalan kami menemukan gerbang masuk ke Tenryuji Temple. Untuk memasuki area Temple dikenakan biaya, jadi kami hanya masuk ke area entrance saja. Selanjutnya kami kembali ke jalan untuk menuju Bamboo Forest. Maju beberapa puluh meter dari pintu masuk Tenryuju Temple, kita akan menemukan persimpangan kecil menuju ke kiri. Persimpangan inilah jalan masuk menuju Bamboo Forest. Setelah berjalan masuk ke persimpangan kecil ini, kami menemukan lagi sebuah kuil kecil bernama Nonomiya Shrine. Disini kita juga bisa menuliskan permohonan kita pada sebongkah kayu kecil lalu berdoa di depan altar kecil. Di sini suasananya masih sangat alami dan tenang, apalagi kalau kita memasuki bagian belakang kuil tersebut.
Dari Nonomiya Shrine kami lanjut berjalan memasuki area Bamboo Forest. Jika sampai disini pada siang-sore hari, harap turunkan ekspektasi anda untuk melihat suasana Bamboo Forest yang tenang dan damai seperti yang ada di foto-foto di internet. Karena pada siang-sore hari tempat ini sudah berubah menjadi tempat turistik yang ramai. Lain halnya jika datang kesini pada pagi hari, mungkin masih sedikit turis yang datang berkunjung. Namun meskipun ramai oleh manusia, suasananya masih tetap sejuk dan udaranya sangat segar. Jadi datang kesini tetap merupakan suatu kewajiban jika berkunjung ke Kyoto.
Arashiyama Bamboo Forest |
Bamboo Forest ini rutenya cukup panjang. Kami melewati area pemakaman tradisional Jepang juga, lalu maju lagi sampai menemukan persimpangan jalan. Di sini rutenya cukup membingungkan bila tidak membawa peta. Jadi kami mengikuti rute yang dipilih oleh Mr. O saja, mengitari area hutan bambu, bertemu danau kecil, melewati stasiun kereta kecil, sampai akhirnya memasuki area permukiman penduduk. Di area permukiman ini kami bertemu rombongan cewek Jepang yang sedang berjalan pulang dari sekolah. Kami numpang foto bareng dulu sama mereka, buat kenang-kenangan aja sih. Orang Jepang kalau berfoto biasanya jarinya membentuk huruf V, jadi kami pun melakukan hal yang sama.
Lanjut lagi, kami kembali memasuki area Bamboo Forest. Ternyata dari tadi kami berjalan memutar, lalu sampai lagi di dekat jalan masuk ke Bamboo Forest. Saat itu hari sudah cukup sore. Kami berburu souvenir khas Kyoto dulu di pertokoan depan tadi. Kami memasuki toko kipas tradisional Jepang yang khusus menjual kipas kertas dengan desain gambar lukisan ala Jepang. Untuk kipas yang dilukis tangan harganya cukup mahal, namun ada juga toko yang menjual kipas dengan gambar print yang lebih murah. Kalau mau yang lebih murah ada juga di Daiso Tokyo yang harganya cuma 100 yen.
Kami melanjutkan perjalanan kembali ke Arashiyama Station untuk selanjutnya kembali ke Osaka. Perjalanan kembali ke Osaka masih ditempuh kira-kira 1 jam. Sesampainya di Umeda Station langit sudah gelap dan perut sudah lapar, jadi kami kembali naik kereta untuk selanjutnya menuju ke Dotonbori. Dari Umeda Station naik kereta sekali dan turun di Namba Station dan tinggal berjalan kaki sebentar maka kita telah tiba di area Dotonbori. Biayanya 240 yen.
5.3 Dotonbori
Dotonbori adalah suatu distrik yang penuh dengan makanan enak. Osaka memang terkenal dengan makanannya yang enak-enak, dan Dotonbori ini sepertinya adalah pusatnya. Di sini ada neon box Glico Man yang sangat terkenal. Glico Man ini adalah salah satu icon di Osaka. Kami berfoto di depannya dulu sebelum lanjut mencari makan.Disini ada kedai takoyaki yang terkenal dengan robot gurita raksasa di atas kedainya. Robot gurita ini tentakelnya bisa bergerak-gerak seakan mengundang orang untuk membeli takoyakinya. Meskipun terkenal, namun harga takoyaki disini tidak mahal, masih terjangkau untuk ukuran jajanan di Jepang. Daging guritanya juga potongannya cukup besar. Ada juga okonomiyaki dan yakitori yang kami coba makan di salah satu restoran di sini. Sebelumnya kami juga masuk ke sebuah kedai sushi kecil yang kalau dari ceritanya Mr. O kedai sushi ini cukup terkenal di Osaka. Saya sempat mencicipi sushi dengan daging kuda mentah di sini. Lupakan.
Dotonbori with Glico Man |
Setelah perut sangat kenyang, Mr. O mengajak kami berjalan-jalan di seputar daerah ini. Kami menyeberang jembatan tempat Glico Man tadi berada, lalu berbelok ke arah kanan dan tiba-tiba kami masuk ke suatu jalan dengan banyak cowok-cowok Jepang dengan dandanan keren. Ternyata di sini kita bisa ‘menyewa’ cowok yang kita inginkan untuk diajak ngobrol, kencan, dsb. Biasanya cowok ini bertugas menemani tante-tante kesepian yang tidak punya teman ngobrol, namun tidak boleh disewa untuk urusan ‘ranjang’. Di Jepang hal seperti ini legal, bahkan di gedung-gedungnya banyak papan iklan yang mempromosikan cowok-cowok tersebut lengkap dengan foto-foto cowok koleksi agencynya.
Setelah cukup shock melihat hal tersebut, Mr. O mengajak kami naik taxi untuk ke tempat lain yang dirahasiakan. Kami naik taxi melewati Osaka Tower, namun sulit untuk difoto karena di luar sudah gelap dan taxi berjalan cukup cepat. Perjalanan sekitar 10 menit naik taxi, ternyata Mr. O mengajak kami mendatangi area yang berkebalikan dengan tadi. Jika tadi ada banyak tempat penyewaan cowok, kali ini adalah tempat menyewa cewek. Bedanya, disini khusus untuk urusan ‘ranjang’. Nama daerah ini adalah Tobita. Sepanjang jalan kecil, di bangunan-bangunan kanan-kiri kita nampak sebuah ruangan kecil dengan tatami dan meja kecil yang semuanya identik. Di ruangan kecil itu masing-masing duduk 1 orang gadis cantik dengan ditemani ‘mami’nya. Gadis-gadis itu akan melambai-lambaikan tangannya memanggil-manggil calon customer. Lucunya, dandanan mereka berbeda-beda. Ada yang memakai pakaian perawat, kostum ala kucing, bahkan yang wajahnya masih muda menggunakan seragam sekolah. Dan tempat ini juga dilegalkan di Jepang, sehingga mereka menawarkan fixed price dan tidak perlu tawar-menawar fee. Tambahan dari saya, jika ingin mengunjungi tempat-tempat seperti ini di Jepang, pastikan kalian ditemani oleh minimal 1 orang Jepang atau yang bisa berbahasa Jepang, karena umumnya tempat prostitusi dipegang oleh Yakuza. Jika tidak bisa berbahasa Jepang, ada kemungkinan Yakuza tersebut akan melakukan scamming pada kalian. Lebih amannya sih tidak usah mampir ke tempat-tempat begituan, kecuali kalau hanya lihat-lihat saja sih masih boleh lah ya. Oh iya, disini tidak boleh mengambil foto.
Jam sudah menunjukkan diatas pukul 10 malam, Mr. O membantu kami menelepon hostel yang sudah kami booking di Kyoto untuk mengabarkan bahwa kami akan sampai kesana diatas jam 12, jadi supaya pas kami sampai disana masih ada petugas hostel yang jaga. Sebelum ke Kyoto kami balik ke Imamiya Station dulu untuk mengambil tas di locker dengan biaya 120 yen, lalu baru beranjak ke Osaka Station dengan biaya 180 yen. Di Osaka Station kami berpisah dengan Mr. O karena esoknya dia masih harus kerja. Perjalanan ke Kyoto kurang lebih 1 jam juga. Kami sempat transit dulu 1x di Kyoto Station, lalu pindah jalur sebelum sampai di stasiun Karasuma Oike yang dekat dengan Hostel kami. Biaya sampai ke sini 770 yen. Dari stasiun tersebut masih harus jalan kaki sekitar 10-15 menit sebelum sampai di Piece Hostel Sanjo. Sebelum sampai di hostel kami sempat melewati Kyoto Manga Museum, tapi karena sudah tengah malam jadi gak bisa mampir.
Piece Hostel Sanjo ini merupakan salah satu hostel paling mewah yang pernah saya lihat. Pintu depannya dari kaca yang terbuka otomatis jika kita memiliki access cardnya, jadi hostel ini terbilang cukup aman. Interior lobbynya didesain dengan minimalis dan detail. Ada 3 unit iMac di sudut lobby untuk digunakan pengunjung. Resepsionisnya pada saat itu ada 2 orang yang sangat friendly dan helpful. Bahasa inggrisnya sangat lancar jadi kita ga bakal kesulitan jika menginap disini. Kami mendapat kamar dorm di lantai 4. Dorm ini bentuknya mirip kapsul hotel namun ukurannya lebih luas. ACnya sejuk, kasurnya empuk, selimutnya bersih, lockernya besar, pokoknya recommended banget deh. Shower room ada di basement. Ada buanyak bilik shower yang lega sehingga kita tidak perlu antri saat ingin mandi. Showernya semburannya kenceng, air hangatnya mantap, dan sabun serta shamponya melimpah. Badan jadi seger banget setelah mandi disini. Setelah mandi, kami menuju communal room sekaligus ruang makan di samping lobby. Ruangannya sangat luas, sinknya banyak, ada free dispenser dengan free coffee and tea 24 jam. Ada TV juga untuk hiburan. Banyak meja makan dan sofa untuk duduk duduk santai. Ada area outdoor juga untuk merokok. Hostel bintang 5 deh ini.
Setelah istirahat di communal room, kami lanjut untuk tidur. Oyasuminasai!
Pengeluaran Hari ke-5:
-Sewa Locker : JPY 400
-Tiket kereta ke Osaka Castle : JPY 180
-Tiket Kereta ke Osaka Station : JPY 160
-Tiket Kereta ke Arashiyama : JPY 800 pp
-Tiket Kereta ke Dotonbori : 240
-Makan siang : ditraktir
-Makan di Dotonbori : ditraktir
-Tiket Namba-Imamiya-Osaka Station : JPY 300
-Tiket Kereta ke Kyoto : JPY 770
-Bayar Hostel : JPY 2800
Komentar
Posting Komentar