Langsung ke konten utama

Melihat Golden Sunrise di Puncak Sikunir Dieng cuma 100ribuan

Pengen liat golden sunrise tercantik di Jawa Tengah? Melipir aja ke dataran tinggi Dieng.



Dieng bisa dicapai dari Semarang maupun Jogja. Waktu itu saya berangkat bareng 3 orang temen kantor saya, start dari Semarang naik 2 buah motor. Sebenernya kalo dari Semarang naik motor bisa ditempuh sekitar 3-4 jam, tapi karena sambil menikmati perjalanan, jadilah kami butuh 6-7 jam baru sampe di Dieng.

Kami start jam 9 pagi. Sarapan gratis di rumah masing-masing. Perjalanan kami melewati daerah desa wisata Bandungan, melewati cantiknya pemandangan perbukitan dan hamparan sawah. Memasuki Temanggung, hujan turun dengan cukup lebat. Kami berteduh dulu di emperan ruko sambil makan bakso gerobak seharga Rp8000/mangkok. Setelah hujan reda, kami lanjut lagi. Memasuki kota Wonosobo, kami mampir ke warung mie ongklok dulu buat nyicipin makanan khas kota ini. Waktu itu harga per mangkoknya cuma Rp12.000.

Dari Wonosobo sudah dekat ke dataran tinggi Dieng. Semakin menanjak ke atas, pemandangannya semakin byutipul. Apalagi menjelang sore saat kabut tipis mulai turun. Kami berhenti sebentar di menara pandang yang ada di pinggiran jalan menuju Dieng. Disini tidak hanya turis lokal, beberapa orang turis asing juga nampak sedang dalam perjalanan menuju ke Dieng.



Lanjut memasuki dataran tinggi Dieng, waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Rencana awal kami mau ke Telaga Warna, tapi ternyata jam 5 udah tutup. Dengan bantuan tukang parkir setempat, kami diselundupkan melalui jalan samping menuju telaga warna dengan bayar Rp5000/orang ke tukang parkir itu. Menurut saya sih telaga warna kurang terjaga kebersihannya. Banyak dedaunan kering dan sampah di sebagian area pejalan kaki. Menjelang malam juga danaunya keliatan seperti danau biasa.




Setelah dari telaga warna, karena sudah mulai gelap kami memutuskan cari penginapan. Target kami adalah menginap di rumah warga agar lebih murah. Setelah tanya dan nego sana-sini, akhirnya kami ber-4 dapat tidur di 1 kamar di rumah warga seharga Rp100.000/kamar. Dibagi 4 jadi per orang cuma Rp25.000. Tidurnya sempit2an sih, tapi yang penting murmer dan ada air panas buat mandi.

Setelah istirahat sebentar dan bersih-bersih, kami keluar lagi untuk makan malam di warung makan setempat. O iya, disini juga ada indomaret jadi praktis kalo mau beli kebutuhan sehari2. Saya makan ayam bakar seharga Rp18.000/porsi. Disini kalo malam dingin banget. Kata warga setempat, kadang suhu bisa mencapai 0 derajat celcius.

Abis makan dan nongkrong2 santai, saya naik motor lagi ke daerah yang lebih tinggi untuk mencoba memotret milky way. Tapi sayang waktu itu awannya cukup banyak jadi gak dapet milky waynya. Cuaca juga saat itu sering hujan, jadi kurang cocok kalo mau hunting foto bintang. Akhirnya kami balik lagi ke penginapan untuk tidur dulu, karena jam 3 kami harus bangun untuk liat sunrise di Puncak Sikunir.

Jam 3 subuh kami bangun, siap-siap bentar lalu mulai panasin motor buat berangkat ke bukit Sikunir. Perjalanan dari penginapan ke Sikunir membutuhkan sekitar 30 menit. Hawanya luar biasa dingin. Saya nyetir motor sampe muka saya mati rasa saking dinginnya. Untuk menuju Sikunir di beberapa tempat jalanannya kurang bagus jadi harus hati-hati nyetirnya. Kendaraan bermotor pengunjung nantinya akan diparkir di area parkir yang tersedia di samping Danau Cebong, Desa Sembungan. Desa ini adalah desa tertinggi di Pulau Jawa, dengan ketinggian mencapai 2306 mdpl. Parkir motor bayar Rp5000 dan bayar tiket masuk Rp10.000 per orang. Di parkiran sini ada banyak warung yang jual gorengan, pop mie, dan makanan lainnya buat ganjel perut. Kami mampir dulu pesen popmie Rp10.000 buat ganjel perut.

Lanjut trekking naik ke puncak Sikunir untuk melihat sunrise. Trekkingnya mudah karena sudah ada trek dengan tangga yang membantu pengunjung naik. Untuk sampai ke puncaknya membutuhkan sekitar 1 jam, jadi kami sampai di puncaknya sekitar jam 5. Saat trekking jangan lupa bawa senter atau nyalain senter di smartphone karena tidak ada penerangan sama sekali.

Sampai di puncak ternyata sudah rame banget sama wisatawan. Banyak juga yang masang tenda di atas. Kami naik lagi ke area yang lebih tinggi untuk nyari tempat yang lebih sepi. Tapi ternyata di mana-mana sama aja, rame banget. Begitu matahari mulai terbit, semua orang pada pasang kameranya masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Golden sunrise. Cantik banget sunrise disini karena kita juga bisa melihat gunung-gunung yang menjulang indah di kejauhan, diantaranya Gunung Sindoro, Gunung Slamet, dll.




Kami menghabiskan waktu di puncak Sikunir sampai sekitar jam 7. Turun lagi ke bawah, treknya masih ramai oleh pengunjung jadi sedikit macet. Perjalanan turun malah lebih lama dibanding waktu pas naiknya. Setelah sampai bawah, kami kembali lagi ke penginapan untuk lanjut tidur lagi sebentar.

Sekitar jam 10, kami check out dari penginapan. Cuaca sedikit gerimis. Kami memutuskan untuk cari makan di pinggiran jalan di dekat gerbang masuk area Dieng Plateau, searah dengan jalan pulang. Di pinggir jalan banyak sekali warga yang jualan oleh-oleh khas Dieng, yaitu carica. Carica ini adalah buah khas Dieng yang mirip pepaya namun berukuran lebih kecil. Buah ini sudah dikemas kecil-kecil jadi cocok buat oleh-oleh. Rasanya manis, enak, seger, dan murah. Temen saya beli 1 boks buat oleh-oleh. Lalu tiba-tiba hujan turun deres banget, jadi kami sekalian makan di warung makan seberang tempat jual carica. Makan ala warteg aja, cuma abis Rp12.000. Hujan turun cukup lama jadi kami terpaksa nunggu di warung ini. Untungnya di belakang warung pemandangannya bagus, jadi enak banget nongkrong disini sambil lihat hujan. Syahdu lah pokoke.

Setelah hujan reda, kami lanjut lagi menuju Wonosobo. Kami berencana untuk mampir di salah satu pemandian air panas disini. Lokasi tepantnya saya kurang ingat, tapi tinggal tanya aja sama penduduk lokal. Masuk ke pemandian ini waktu itu cuma bayar Rp10.000/orang. Kolamnya cukup besar. Enak banget cuaca dingin buat berendam air panas. Kami cukup lama sekitar 2 jam berendam disini. Setelah puas, baru kami lanjut lagi pulang ke Semarang. Perjalanan lancar tanpa diganggu oleh hujan lagi, jadi kami sampai di Semarang sekitar jam 6 sore.

Rincian pengeluaran:
- Patungan bensin : Rp 25.000
- Patungan pengianapan : Rp 25.000
- Makan bakso : Rp 8000
- Mie ongklok : Rp 12.000
- Masuk Telaga Warna : Rp 5000
- Makan malam : Rp 18.000
- Masuk Sikunir : 15.000
- Popmie : Rp 10.000
- Makan siang : 12.000
- Pemandian air panas : Rp 10.000
- Parkir motor : Rp 2000

- Total pengeluaran : Rp 142.000

Sebenarnya masih banyak tempat menarik di Dataran Tinggi Dieng, seperti Candi Arjuna, Kawah Sikidang, dll. Tapi karena keterbatasan waktu (maklum karyawan yang jatah cutinya terbatas) jadi tujuan utama kami cuma ke Sikunir aja. Next time baru mau coba mengunjungi tempat yang lainnya. Adios!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Naik Bus dari Bangkok ke Pak Chong (Khao Yai National Park) - Backpackeran Keliling 3 Negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand) 8 hari - Part 5

Sekitar jam 23:00 kami mendarat di Bangkok. Airport bus jam segitu udah gak ada, jadi kami terpaksa naik Grab Car meskipun lebih mahal. Meskipun udah tengah malam, kami memutuskan buat nginep di hostel di dekat Mo Chit bus terminal karen besok pagi kami mau langsung cabut naik bus menuju ke kota Pak Chong. Pak Chong ini adalah kota kecil sekitar 3 jam dari Bangkok, mirip kayak Puncak kalo di Jakarta. Ada apa saja di Pak Chong? Destinasi utamanya sih Khao Yai National Park, taman nasional yang guede dan luas banget. Ada air terjun, satwa liar, danau, gajah, rusa, monyet, dan lain-lain. Selain itu di Pak Chong juga banyak tempat wisata yang mirip-mirip di Puncak gitu. Ada resort bertema Eropa, kafe-kafe gaul, dan cem macem lainnya. Kami nyampe hostel di Bangkok sekitar jam setengah 1 malam. Langsung check ini (USD7/orang), bersih-bersih, lalu karena kelaparan saya pun langsung melipir beli rice box (THB35) di sevel seberang hostel. Setelahnya langsung istirahat, tidur yang cu

Mencoba Onsen, Pemandian Air Panas di Jepang - Mandi Bareng Rame-rame

Onsen, atau pemandian air panas, adalah salah satu budaya masyarakat Jepang. Mereka sepertinya hobi banget berendam air panas di onsen ini. Dan uniknya, tidak seperti masyarakat kita yang berendam di pemandian air panas menggunakan pakaian renang, masyarakat Jepang berendam air panas tanpa menggunakan apa-apa. Polos. Rame-rame bareng orang lain yang kenal maupun yang gak kenal. Absurd pokoknya. Saat backpackeran ke Jepang tahun lalu, saya berkesempatan mencoba pengalaman unik dan nyeremin ini. Kenapa nyeremin? Karena pemandian cowok dan cewek dipisah, jadi saya musti bugi bareng pria pria lainnya. Ohmaigod.... Ceritanya, saya booking penginapan di salah satu hotel kapsul di Tokyo. Namanya Asakusa Riverside Capsule. Lokasinya sih bagus, strategis banget. Tepat di samping sungai dan dekat pintu keluar stasiun Asakusa. Dari awal booking sih saya udah tau kalo hotel kapsul kamar mandinya sharing, tapi saya gak nyangka ternyata sharingnya model onsen Jepang mandi bebarengan begini.

Cara Menuju Sokcho dari Seoul

Annyeonghaseyo. Seoul yang merupakan ibukota negara Korea Selatan adalah kota tujuan utama traveler dari Indonesia. Tapi sebenarnya ada 1 kota kecil nan indah yang lokasinya tidak jauh dari Seoul. Berada di kaki pegunungan Seoraksan yang sangat indah serta memiliki pantai yang cantik, kita bisa menghabiskan waktu di laut dan gunung sekaligus pada hari yang sama. Kota itu bernama Sokcho. Seoraksan National Park How? Kalo dari Seoul, cara termudah menuju Sokcho adalah naik bus. Kita bisa langsung beli tiket bus menuju Sokcho di Dong Seoul Bus Terminal. Dari bandara Incheon, jika naik Seoul Metro (MRTnya Seoul) kita tinggal menuju ke Gangbyeon Station. Nah, Dong Seoul Bus Terminal ini lokasinya tepat di seberang station ini. Bangunannya gede, gak kayak terminal bus di Indonesia, jadi pas pertama kali kesana saya sempet nyasar juga. Tapi saya kasi liat fotonya disini biar lebih jelas yang mana bangunannya. Dong Seoul Bus Terminal Masuk ke gedung terminalnya, kita langsung ke